Rabu, 11 April 2012

makalah

PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH


Makalah Ini Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis kurikulum PAI di sekolah
Dosen Pengampu : Syamsul Huda Rohmadi, M.Ag
Di susun oleh :
Agus muh. Irsyad : 26.10.3.1.007
Ahmad syarif H. : 26.10.3.1.009
Al azizah : 26.10.3.1.010
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
JURUSAN PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam berkehidupan bermasyarakat dan berbangsa merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan. Munculnya peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma baru dalam proses pengembangan kurikulum. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datangmemerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang memiliki kompetensi multidimensional. Mengacu pada hal-hal tersebut, pengembangan kurikulum harus mampu mengantisipasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang. Pengembangan kurikiulum tidak hanya merupakan berbagai abstraksi yang seringkali mendominasi penulisan kurikulum, akan tetapi mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari beberapa ide dan penyesuaian-penyesuaian lain yang dianggap penting .
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, pertama, pengembangan pedoman kurikulum, yang meliputi latar belakang, silabus, desain evaluasi. Kedua, pengembangan pedoman instruksional (untuk setiap mata pelajaran yang dikembangkanberdasarkan silabus), pedoman intruksional diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkanyasebagai pelajaran dalam kelas, dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang di rumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan . istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculae“, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah memempuh kurikulum yang berupa rebcana pelajaran, sebagai mana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah.
Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah untuk siswa. Melalui program yang direncanakan itu siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertubuhanya, sesuai pendidikan yang telah ditentukan.
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and assismentof the extent to which these changes have taken plece. (Audrey nicholls & S. Howard nichools)
pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hinggamana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang dimaksud kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
B. Landasan pengembangan kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan Nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing.
School based curriculum development atau kurikulum berbasis sekolah merupakan pengembangan suatu kurikulum atau salah satu aspek dari kurikulum oleh satu orang Guru atau lebih dari suatu sekolah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang di rasakan oleh sekolah, yaitu solusi untuk memecahkan permasalahan yang dialami dengan kurikulum yang ada.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum berbasis sekolah bukanlah fenomena baru, tetapi sebetulnya sudah terjadi di beberapa sekolah, dan sangatlah sulit membuat batasan secara rigit atas pemahaman dari pengembangan kurikulum berbasis sekolah mencakup pemilihan individual oleh seluruh staf.
Adapuh factor-faktor pengembangan kurikulum sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan Nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan
2. Social budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada klarakteristik perkembangswn peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi, kebudayaan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, lingkungan alam.
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi dan hukum dll.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa

a. Landasan Filsafat dan tujuan pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta pengalaman belajar. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal pokok yakni cita-cita masyarakat, kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara sederhana dapat ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang diyakini dan diharapkan oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang atau masyarakat.
b. Keadaan lingkungan
Dalam arti luas, lingkungan merupakan suatu system yang disebut ekosistem , yang meliputi keseluruhan factor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan diatas bumi ini. Factor-faktor dalam ekosistem ini meliputi:
1. Lingkungan manusiawi/interpersonal
2. Lingkungan social budaya/cultural
3. Lingkungan biologis, yang meliputi flora fauna.
4. Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau kekuata yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya manusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pembangunan didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Perkembangan bangsa berlangsung secara cepat, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta pengembangan dalam bidang iptek.
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan tersebut, maka ada 3 hal yang dijadikan sebagai dasar yakni:
1) Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
2) Pembangunan iptek harus selaras dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi social budaya, dan lingkungan hidup.
3) Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang dapat memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkrit dalam pembangunan.
Landasan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (bku d 24)
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas
2. Peraturan Pemerintah Nmor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
3. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi
4. Permendiknas N.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No.24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No.22, dan 23
C. Dasar dalam pengembangan kurikulum berbasis sekolah
1. Analisa situasi
Analisa situasi biasanya dilakukan sebelum dilaksanakannya pengembangan kurikulum, para guru seharusnya tetap mengindahkan situasi yang ada, disamping untuk tujuan terciptannya efektivitas ketika kurikulum yang baru itu kita implikasikan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk melakukan analisis situasi terbagi menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi sekolah dan faktor internal yang berbeda dalam sekolah itu sendiri.
Faktor eksternal meliputi :
a. Ekspektasi perubahan budaya dan sosial
Perubahan nasional budaya dan sosial, termasuk didalamnya perubahan harapan para orangtua atas siswanya.
b. Kebijakan sistem pendidikan
Berkaitan dengan peraturan yang akan berdampak pada penerapan pengembangan kurikulum berbasis sekolah serta pengaruhnya pada pengujian dan penelitian.
c. Perubahan materi pelajaran
Perubahan isi dan metode sebagai pengaruh dan social budaya atau perubahan pendidikan.
d. Sistim penunjan kontribusi guru yang potensial
Ketersediaan dukungan baik secara institusi maupun secara individual.
e. Sumberdaya : aliran sumberdaya yang masuk ke sekolah.
Faktor internal meliputi:
a) Siswa : karakteristik siswa, kemampuan dan tahap perkembangan siswa
b) Guru : kekuatan dan keterbatasan guru, minat, harapan, prilaku guru, gaya mengajar, penilain diri dan perannya di dalam pengembangan kurikulum.
c) Etos sekolah : suasana dan klimat sekolah, yang fungsional didukung oleh sekolah.
d) Sumberdaya material : sarana prasarana, peralatan dan fasilitas, kebijakan yang berhubungan dengan hal itu.
e) Penerimaan dan pemecahan masalah : ketidak puasan terhadap kurikulum yang sudah ada.
Maka dari itu sekolah adalah sesuatu yang kompleks, bahkan mungkin saja pada situasi yang sama, penilaian yang terjadi dapat berbeda-beda. Kenyataan ini merupakan justifikasi bagi analisis situasi ketika pengembangan kurikulum dilakukan.
2. Kesadaran Disiplin
Didalam pengembangan kurikulum, pengetahuan dan kesadaran yang berasal dari disiplin utama pendidikan sangat mempengaruhi setiap aspek perencanaan. Guru harus menerapkan pengetahuan dan kesadaran ini hanya pada saat sebelum dilakukannya pengembangan kurikulum, tetapi juga selama proses pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum melibatkan para guru di dalam memutuskan pandangan atas pengetahuan secara filosofi, interpretasi masyarakat, dan pemilihan pengaruh kurikulum berdasarkan prinsip psikologis yang relevan. Fiolosofi menekankan pada analisis alamiah pengetahuan (epistimologi), nilai dari pengetahuan (ethics) dan alamiah dari kualitas mental (filsafat pikiran ). Secara spesifik ketiga hal tersebut sangatlah luas termasuk di dalam penerapan tujuan, penerapan prioritas obyektif, penjelasan kegiatan kurikulum, pengorganisasian kurikulum, dan pendefinisian good life, serta fungsi sekolah untuk mencapai good life tersebut.
Psikologi menjelaskan dan memperkirakan prilaku manusia, dan berkontribusi di dalam perencanaan kurikul dari para guru dalam hal alamiah belajar para siswa. Pengkondisian situasi belajar dan nilai metode mengajar serta nefektifitas belajar mengajar.
Sosiologi menjelaskan analisis pengorganisasian hubungan antar manusia dan memberikan kontribusi di dalam perencanaan kurikulum dalam hal memprediksi pertumbuhan social, dengan menyediakan informasi berjaitan dengan latar belakang social siswa, evaluasi yang realistis atas peran guru dan sekolah didalam suatu perubahan social, dan meningkatkan fleksibilitas guru, toleransi dan kesadaran atas metode mendapatkan pengetahuan.
Pertimbangan sistematik atas kontribusi filsafat, psikologi, dan sosiologi seharusnya dapat semakin menjelaskan apa yang perlu dilakukan dan meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum, dan dapat lebih dipahami.
D. Kurikulum dalam pengembangan berbasis sekolah
Langkah pegembangan kurikulum berbasis sekolah (SBCD) sebagaiman prosedur pengembangan kurikulum secara umum, yang meliputi empat dasar pengembangan kurikulum yaitu: a. Perumusan tujuan, b. Pemilihan isi, c. Pemilihan metode, d. Pemilihan prosedur evaluasi, disamping itu pada bagian ini dijabarkan pula berbagai pula model dalam menghubungkan komponen-komponen kurikulum dalam sebuah perencanaan dalam kurikulum.
Pengertian istilah model dalam konteks ini sama dengan pengertian model yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum, yakni untuk menjelaskan hubungan bagian-bagian pengembangan kurikulum, yaitu, tujuan, isi atau konten, metode, dan evaluasi.
1. Pemilihan model pengembangan kurikulum
a. Model obyektif
Pengembangan kurikulum mengacu pada suatu metode di mana pengembang kurikulumnya memulai dengan :
1) What educational purpose should the school seek to attain?
2) What educational experiences are likely to attain these objectives ?
3) How can these educational experiences be organized effectively?
4) How can we determine whethter these purpose are being attain?
Pertanyaan tersebut, maka langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:


Starting objective

Selecting learning experiences

Organising learning experiences

Evaluation


b. Model interaktif
Pengembangan kurikulum mengacu pada suatu metode di mana pengembangan kurikulumnya:
a). Mulai dari komponen kurikulum mana saja
b). Mengikuti tahapan apa saja dari komponen kurikulum tersebut
c). Menginterpretasi komponen kurikulum sebagai interaktif dan progress yang dapat dimodifikasi.
d). Dimungkinkan urutan perencanaan kurikulum berubah agar saling pas
e). Bereaksi terhadap situasi belajar untuk membatasi urutan yang berlu diikuti
Model objektif dan model interaksi mewakili dua pendekatan utama di dalam perencanaan kurikulum yang masi dapat dilengkapi lebih lanjut. tidak ada satupun model pengembangan kurikuluim yang menjadi satu-satunya model, tetapi perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari masing-masing sekolahnya.
Hal penting dari suatu model pengembangan kurikulum adalah seberapa tinggi tingkat efektifitas dan konsistensi dari setiap komponen kurikulum yang merupakan dasar pengembangan kurikulum yang kita lakukan tersebut.
E. Komponen-komponen pengembangan kurikulum
Komponen sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainya, yakni: tujuan, materi, metode, organisasi, dan evaluasi.
1. Tujuan kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional , sebagaimana telah ditetapkan dalam undang-undang No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Tujuan-tujuan yang penting dianalisis dalam pengembangan kurikulum adalah goal (pernyataan tujuan kurikulum pendidikan yang masih bersifat luas, berupa harapan masyarakat pada lembaga pendidikan atau sekolah), aim (rumusan umu tujuan sistem, sekolah, tingkatan/kelas dalam suatu sekolah), dan objective(pernyataan atau rumusan lebih spesific hasil belajar yang diharapkan, atau yang diturunkan dari analisis tujuan), behavioural objectives: mendeskripsikan performa perilaku yang hendak dicapai, dan biasanya rumusan behavioral objectives dilengkapi dengan rumusan kondisi perilaku yang terjadi dan rumusan standar performa perilakunya.
Suatu objectives yang efektif seharusnya memenuhi kebutuhan antara lain dari:
a) Suitability: berhubungan dengan situasi kelas dan konteks sosial.
b) Feasibiliti: sesuai kemampuan siswa dan sumberdaya yang ada.
c) Interpretability: mudah dipahami oleh orang yang akan mengimplementasikan.
2. Materi/konten kurikulum
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Isi kurikulum adalah ata pelajaran.
Isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prisip-prinsip sebagai berikut:
a) Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran.
b) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.
c) Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum, antara lain
a) Teori
b) Konsep, adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
c) Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber pada analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d) prosedur
e) fakta
f) istilah, adalah kata-kata yang baru yang khusus yang diperlukan dalam materi
g) contoh atau ilustrasi.
h) Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal.
Dua hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan isi kurikulum, pertama, didefinisikan sebagai bahan atau materi dari belajar dan mengajar. Kedua, baha dalam proses belajar mengajar dua elemen daripada kurikulum, yakni isi dan metode adalah interaksi yang konstan. Isi hanya akan diperoleh signifikan sejauhmana hal itu ditransmisikan kepada anak-anak dalam bebrapa hal dalam beberapa hal, dan jalan itu adalah metode atau pengalaman belajar mengajar (PBM)
Beberapa kriteria seleksi materi antara lain:
a) Otentik (validity)
Menggunakan kriteria validity sebagai pertimbangan kriteria dalam penyeleksian isi adalah merupakan pertimbangan yang relevan untuk isi-isi apa yang tidak perlu dimasukan.
b) Penting (signifinance)
Kriteria dari signifikan menetapkan secara kebersamaan kedalam ide-ide utama, konsep-konsep dan prinsip-prinsip dari mata pelajaran.
c) Minat (interest)
Adalah suatu pertimbangan dalam penyeleksian isi, mungkin sejauh mana pengembangan kurikulum harus mengakomodasi kriteria ini masih merupakan dalam perdebatan. Menghindarin minat anak didik mungkin akan menjadikan isi pegajaran sangat membosankan bagi anak didik, dan hasil belajar kurang memuaskan.
d) Mudah dipelajari (learnabiliti)
Isi yang di pelajari harus dapat dipelajari oleh anak didik dan harus di adaptasikan untuk dicocokan dengan kemampuan anak didik.
e) Nilai manfaat bagi kehidupan
Isi yang diseleksi harus memberikan orientasi yang paling berguna bagi dunia disekeliling kita harus konsisten dengan realitas sosial
3. Metode-metode kurikulum
Metode adalah bagaimana seorang guru di dalam mengaktifkan isi dari kurikulum, karena isi kurikulum akan berarti bagi siswa apabila guru dapat mentransmisikannya dengan berbagai cara.
Beberapa kriteria di dalam memilih metode adalah prinsi-prinsip belajar, identifikasi kegiatan belajar yang dilakukan, metode harus cukup berfariasi, metode harus berhubungan dengan minat, kemampuan siswa, metode yang digunakan harus berhubungan dengan apa yang dibutuhkan setelah siswa tamat belajar.
Pada dasarnya tidak ada satupun suatu metode yang paling baik atau yang paling buruk jika dibandingkan dengan metode-metode lainya. Setiap metode memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan tersendiri. sama halnya bahwa semua komponen kurikulum pada dasarnya adalah sama pentingnya.
4. Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki ciri-cirinya sendiri.
a. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects)
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah, seperti sejarah, ilmu pasti, bahasa indonesia, dan sebagainya.
b. Mata ajaran mata ajaran berkorelasi (correlated)
Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokokyang saling berkorelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.
c. Bidang studi (broadfield)
Beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama difungsikan dalam satu bidang pengajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa.
Perlu diperhatikan bahwa penilaian harus bersifat objektif , dilakukan berdasarkan tanggung jawabkelompok guru, rencana yang rinci dan terkait dengan pelaksanaan kurikulum, sesuai dengan tujuan dan materi kurikulum, menggunakan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.
Komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama menjadi dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran.
1. Model-model Evaluasi kurikulum
Pada bagian ini, akan dipaparkan beberapa model evaluasi kurikulum, namun penting bagi guru atau evaluator untuk mengenal terlebih dahulu rentang model evaluasi karena meskipun mungkin saja model tidak dipilih, tetapi pengetahuan atas terjadinya suatu model tersebut diketahui sehingga dimungkinkan kita mengembangkan modal khusus yang memang pas pada kondisi kita.
Model objectives tyler memandang evaluasi kurikulum sebagai pengukur performa siswa terhadap tujuan perilaku yang sudah dirumuskan, masih ada beberapa model lainnya yang mengacu pada evaluasi terhadap ketercapaian goal, yaitu:
a) Hammond, lebih mengkonsentrasikan pada pengaruh faktor intitusional dan intruksional didalam mencapai tujuan.
b) Provus, mengkonsentrasikan pada apakah terdapat perbedaan antara pengamatan kurikulum dan standar atau tujuan yang sudah disepakati.
Stake’s countenance model memandang evaluasi kurikulum sebagai keterlibatan paparan dan penilaian dalam bentuk kondisi yang ada sebelum pembelajran, proses pembelajaran dan outcomes. Memandang evaluasi kurikulum (a) sebagai suatu isu sebagai tujuan, (b) perpaduan perbedaan standar nilai yang dipegang oleh group yang berbeda, (c) ternasuk pengamatan partisipasi di dalam kurikulum, dan (d) melibatkan informasi-informasi dari pada audien.
Stake’s case study model memandang evaluasi kurikulum keterlibatan deskripsi berbagai variabel tanpa batas termasuk berasal dari pengamatan pribadi menggunakan generalisasi yang berdasarkan pengalaman evaluator penekanan pada pemahaman yang pentaing pada kasus itu sendiri dan pelaporan dalam bentuk informal.
Parlett dan hamilton’s illuminative model memandang evaluasi kurikulum sebagai iluminasi, yaitu penyediaan informasi secara komprehensif di dalam memahami realitas kurikulum yang komplek.
Kemmis’ surrogate-experience model memandang evaluasi kurikulum sebagai “pemberitahuan atas sesuatu yang seharusnya” atau pengembangan peran kurikulum di dalam menyediakan wakil pengalaman bagi audience.
Walberg’s model for research on intruction memandang evaluasi kurikulum sebagai penekanan lingkungan belajar dan bakat siswa sebaik intruksi itu sendiri.
Pengembanagn program
Pada bagian ini dijabarkan cara bagi guru untuk dapat mengenbangkan format pengembangan program dari dokumen kurikulum. Mencangkup penjabaran tentang prosedur di dalam batasan waktu yang tersedia bagi guru di dalam mengajar suatu topik, metode untuk mengembangkan dan mempresentasikannya, dan adaptasi setiap unit tersebut ke dalam format program. Pada dasarnya langkah di dalam pengembangan programaadalah sebagai berikut:
1. Batasan atas jumlah waktu yang tersedia untuk mengajar
2. Pembatasan atas alokasi waktu untuk setiap pelajaran atau sub pelajaran.
3. Pembatasan atas waktu yang diperlakukan untuk mencangkup suatu topik atau suatu tujuan.
4. Merinci setiap unitnya.
5. Penyesuaian data rentang waktu pengajaran mingguan atau pengajaran harian.
Sebuah unit adalah cetak biru bagi pengalaman belajar yang terdapat pada suatu topik, dan suatu program adalah adaptasi dari suatu unit dan pengorganisasiannya kedalam rentang waktu pengajran mingguan atau pengajaran harian, dan terdapat berbagai variasi di dalam mengembangkan unit. Suatu program mungkin saja terdapat bagian-bagian yang dapat ditambahkan sesuia kebutuhannya dalam rangka evaluasi dan monitoring pengembangan profesionalitas guru.
F. SBCD di Australia dan KTSP di Indonesia bagi Guru
SBCD atau pengembangan kuriulum berbasis sekolah ini muncul diawali dengan wacan yang berkembang di kalangan pelaksana pendidikan sekolah dalam hal ini guru-guru di Australia dan negara-negara lainnya ada awal 197-an. Wacana tersebut pada intinya adalah tuntutan lebih banyak kebebasan dalam menentukan kurikulum di sekolah oleh warga sekolah.
SBCD memiliki beberapa karakteristik yang secra umum mirip dengan pengembangan KTSP di Indonesia. Yaitu, adanya partisipasi guru; partisipasi keseluruhan atau sebagian staf sekolah; rentang aktivitasnya mencakup seleksi (pilihan dari sejumlah alternatif kurikulum), adaptasi (modifiasi kurikulum yang ada), dan kreasi (mendisain kurikulum baru); perpindahan tanggung jawab dari pemerintah pusat (bukan pemutusan tanggung jawab); proses berkelanjutan yang melibatkan masyarakat; dan ketersediaan struktur endukung (untuk membantu guru dan sekolah).
Faktor-faktor ini tampaknya perlu kita perhatikan berkenaan dengan pelaksanaan KTSP di negeri kita. Pertama, keberadaan struktur-struktur pendukung pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah. Kedua, struktur pengambilan keputusan yang mendukung pelaksanaan pengembangan kurikulum. Ketiga, perubahan dalam persepsi eran guru terhadap pengembangan kurikulum. Keempat, persoalan pengembangan kurikulum warga sekolah.
Dengan demikian dapat diidentifikasikan beberapa keuntungan pengembangan kurikulum berbasis sekolah:
1. Guru-guru lokal dapat menentukan penggunaan sumber-sumber daya sekolah dengan baik.
2. Mereka yang mengimplementasikan kurikulum adalah ereaka yang tealah mengeambangkan kurikulum tersebut.
3. Kebutuhan siswa terpenuhi, hal ini akan memiliki suatu pengaruh kuat pada siswa.
4. Akuntabilitas yang besar terhadap kurikulum dan penampilan guru terlihat.
5. Para orang tua dan masyarakat dapat secara mudah terlihat dalam perencanaan kurikulum yang bermakna.
Sedangkan keleamahan pengembangan kurikulum berbasis sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya struktur-struktur pendukung untuk para administrator dan guru.
2. Sindrom konformitas para administrator dan guru mengurangi kreativitas.
3. Kurang nya waktu bagi guru untuk melaksanakan pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
4. Kurangnya guru yang berpengalaman atau terlatih dalam proses pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
5. Pergerakan guru antar sekolah untuk promosi layanan negara dan semacamnya yang menghasilkan suatu basis guru yang tidak stabil.
6. Memerlukan perubahan-perubahan yang signifikan pada peran guru dan administrator, yang secara alamiah menentang.
7. Sekolah-sekoah satu sama lain dengan cepat menjadi berbeda/ tidak memilik langkah yang sama dan tumpang tindih bisa mncul diantara sekolah-sekolah tersebut.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculae“, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hinggamana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang dimaksud kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
Adapuh factor-faktor pengembangan kurikulum sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan Nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan
2. Social budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada klarakteristik perkembangswn peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi, kebudayaan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, lingkungan alam.
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi dan hukum dll.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. management pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja rosdakarya.

Iskandar wiryokusumo dan Usman mulyadi. 1998. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Junaid, Mahfud. 2007. kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jogjakarta: Pilar Media.

Rohmadi, Syamsyul Huda. 2011. Dinamika Model Pendidikan di era Global (Surakarta: Dekamedia.
S. Nasution. 1998. kurikulum dan pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Syaodih, Nana. 2004. pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.





PENGEMBANGAN KURIKULUM BERBASIS SEKOLAH


Makalah Ini Disusun Guna
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis kurikulum PAI di sekolah
Dosen Pengampu : Syamsul Huda Rohmadi, M.Ag
Di susun oleh :
Agus muh. Irsyad : 26.10.3.1.007
Ahmad syarif H. : 26.10.3.1.009
Al azizah : 26.10.3.1.010
FAKULTAS TARBIYAH DAN BAHASA
JURUSAN PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengembangan kurikulum merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi kapan saja sesuai dengan kebutuhan. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam berkehidupan bermasyarakat dan berbangsa merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan. Munculnya peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma baru dalam proses pengembangan kurikulum. Kondisi masa sekarang dan kecenderungan yang akan terjadi pada masa yang akan datangmemerlukan persiapan dari generasi muda dan peserta didik yang memiliki kompetensi multidimensional. Mengacu pada hal-hal tersebut, pengembangan kurikulum harus mampu mengantisipasi segala persoalan yang dihadapi masa sekarang dan masa yang akan datang. Pengembangan kurikiulum tidak hanya merupakan berbagai abstraksi yang seringkali mendominasi penulisan kurikulum, akan tetapi mempersiapkan berbagai contoh dan alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi dari beberapa ide dan penyesuaian-penyesuaian lain yang dianggap penting .
Dalam pengembangan kurikulum terdapat dua proses utama, pertama, pengembangan pedoman kurikulum, yang meliputi latar belakang, silabus, desain evaluasi. Kedua, pengembangan pedoman instruksional (untuk setiap mata pelajaran yang dikembangkanberdasarkan silabus), pedoman intruksional diperoleh atas usaha pengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah untuk mempersiapkanyasebagai pelajaran dalam kelas, dengan demikian apa yang diajarkan benar-benar bersumber dari pedoman kurikulum.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang di rumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan . istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculae“, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah memempuh kurikulum yang berupa rebcana pelajaran, sebagai mana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa disekolah.
Kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh sekolah untuk siswa. Melalui program yang direncanakan itu siswa melakukan kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertubuhanya, sesuai pendidikan yang telah ditentukan.
Pengembangan kurikulum (curriculum development) adalah the planning of learning opportunities intended to bring about certain desered in pupils, and assismentof the extent to which these changes have taken plece. (Audrey nicholls & S. Howard nichools)
pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hinggamana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang dimaksud kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
B. Landasan pengembangan kurikulum
Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan Nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing.
School based curriculum development atau kurikulum berbasis sekolah merupakan pengembangan suatu kurikulum atau salah satu aspek dari kurikulum oleh satu orang Guru atau lebih dari suatu sekolah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang di rasakan oleh sekolah, yaitu solusi untuk memecahkan permasalahan yang dialami dengan kurikulum yang ada.
Pada dasarnya pengembangan kurikulum berbasis sekolah bukanlah fenomena baru, tetapi sebetulnya sudah terjadi di beberapa sekolah, dan sangatlah sulit membuat batasan secara rigit atas pemahaman dari pengembangan kurikulum berbasis sekolah mencakup pemilihan individual oleh seluruh staf.
Adapuh factor-faktor pengembangan kurikulum sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan Nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan
2. Social budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada klarakteristik perkembangswn peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi, kebudayaan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, lingkungan alam.
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi dan hukum dll.
6. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa

a. Landasan Filsafat dan tujuan pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan pandangan hidup masyarakat. Filsafat pendidikan menjadi landasan untuk merancang tujuan pendidikan, prinsip-prinsip pembelajaran, serta pengalaman belajar. Filsafat pendidikan dipengaruhi oleh dua hal pokok yakni cita-cita masyarakat, kebutuhan peserta didik yang hidup di masyarakat.
Filsafat pendidikan sebagai sumber tujuan. Secara sederhana dapat ditafsirkan bahwa filsafat pendidikan adalah hal yang diyakini dan diharapkan oleh seseorang. Filsafat pendidikan mengandung nilai-nilai atau perbuatan seseorang atau masyarakat.
b. Keadaan lingkungan
Dalam arti luas, lingkungan merupakan suatu system yang disebut ekosistem , yang meliputi keseluruhan factor lingkungan, yang tertuju pada peningkatan mutu kehidupan diatas bumi ini. Factor-faktor dalam ekosistem ini meliputi:
1. Lingkungan manusiawi/interpersonal
2. Lingkungan social budaya/cultural
3. Lingkungan biologis, yang meliputi flora fauna.
4. Lingkungan geografis, seperti bumi, air, dan sebagainya.
Masing-masing faktor lingkungan memiliki sumber daya yang dapat digunakan sebagai modal atau kekuata yang mempengaruhi pembangunan. Lingkungan manusiawi merupakan sumber daya manusia (SDM), baik dalam jumlah maupun dalam mutunya.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Pembangunan didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Perkembangan bangsa berlangsung secara cepat, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan iptek, yang pada gilirannya mengandung implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya manusia supaya memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta pengembangan dalam bidang iptek.
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan tersebut, maka ada 3 hal yang dijadikan sebagai dasar yakni:
1) Pembangunan iptek tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
2) Pembangunan iptek harus selaras dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi social budaya, dan lingkungan hidup.
3) Pembangunan iptek berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang dapat memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkrit dalam pembangunan.
Landasan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (bku d 24)
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh undang-undang dan peraturan pemerintah sebagai berikut:
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas
2. Peraturan Pemerintah Nmor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
3. Permendiknas No.22 Tahun 2006 tentang standar isi
4. Permendiknas N.23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Permendiknas No.24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas No.22, dan 23
C. Dasar dalam pengembangan kurikulum berbasis sekolah
1. Analisa situasi
Analisa situasi biasanya dilakukan sebelum dilaksanakannya pengembangan kurikulum, para guru seharusnya tetap mengindahkan situasi yang ada, disamping untuk tujuan terciptannya efektivitas ketika kurikulum yang baru itu kita implikasikan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk melakukan analisis situasi terbagi menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi sekolah dan faktor internal yang berbeda dalam sekolah itu sendiri.
Faktor eksternal meliputi :
a. Ekspektasi perubahan budaya dan sosial
Perubahan nasional budaya dan sosial, termasuk didalamnya perubahan harapan para orangtua atas siswanya.
b. Kebijakan sistem pendidikan
Berkaitan dengan peraturan yang akan berdampak pada penerapan pengembangan kurikulum berbasis sekolah serta pengaruhnya pada pengujian dan penelitian.
c. Perubahan materi pelajaran
Perubahan isi dan metode sebagai pengaruh dan social budaya atau perubahan pendidikan.
d. Sistim penunjan kontribusi guru yang potensial
Ketersediaan dukungan baik secara institusi maupun secara individual.
e. Sumberdaya : aliran sumberdaya yang masuk ke sekolah.
Faktor internal meliputi:
a) Siswa : karakteristik siswa, kemampuan dan tahap perkembangan siswa
b) Guru : kekuatan dan keterbatasan guru, minat, harapan, prilaku guru, gaya mengajar, penilain diri dan perannya di dalam pengembangan kurikulum.
c) Etos sekolah : suasana dan klimat sekolah, yang fungsional didukung oleh sekolah.
d) Sumberdaya material : sarana prasarana, peralatan dan fasilitas, kebijakan yang berhubungan dengan hal itu.
e) Penerimaan dan pemecahan masalah : ketidak puasan terhadap kurikulum yang sudah ada.
Maka dari itu sekolah adalah sesuatu yang kompleks, bahkan mungkin saja pada situasi yang sama, penilaian yang terjadi dapat berbeda-beda. Kenyataan ini merupakan justifikasi bagi analisis situasi ketika pengembangan kurikulum dilakukan.
2. Kesadaran Disiplin
Didalam pengembangan kurikulum, pengetahuan dan kesadaran yang berasal dari disiplin utama pendidikan sangat mempengaruhi setiap aspek perencanaan. Guru harus menerapkan pengetahuan dan kesadaran ini hanya pada saat sebelum dilakukannya pengembangan kurikulum, tetapi juga selama proses pengembangan kurikulum. Proses pengembangan kurikulum melibatkan para guru di dalam memutuskan pandangan atas pengetahuan secara filosofi, interpretasi masyarakat, dan pemilihan pengaruh kurikulum berdasarkan prinsip psikologis yang relevan. Fiolosofi menekankan pada analisis alamiah pengetahuan (epistimologi), nilai dari pengetahuan (ethics) dan alamiah dari kualitas mental (filsafat pikiran ). Secara spesifik ketiga hal tersebut sangatlah luas termasuk di dalam penerapan tujuan, penerapan prioritas obyektif, penjelasan kegiatan kurikulum, pengorganisasian kurikulum, dan pendefinisian good life, serta fungsi sekolah untuk mencapai good life tersebut.
Psikologi menjelaskan dan memperkirakan prilaku manusia, dan berkontribusi di dalam perencanaan kurikul dari para guru dalam hal alamiah belajar para siswa. Pengkondisian situasi belajar dan nilai metode mengajar serta nefektifitas belajar mengajar.
Sosiologi menjelaskan analisis pengorganisasian hubungan antar manusia dan memberikan kontribusi di dalam perencanaan kurikulum dalam hal memprediksi pertumbuhan social, dengan menyediakan informasi berjaitan dengan latar belakang social siswa, evaluasi yang realistis atas peran guru dan sekolah didalam suatu perubahan social, dan meningkatkan fleksibilitas guru, toleransi dan kesadaran atas metode mendapatkan pengetahuan.
Pertimbangan sistematik atas kontribusi filsafat, psikologi, dan sosiologi seharusnya dapat semakin menjelaskan apa yang perlu dilakukan dan meningkatkan kualitas pengembangan kurikulum, dan dapat lebih dipahami.
D. Kurikulum dalam pengembangan berbasis sekolah
Langkah pegembangan kurikulum berbasis sekolah (SBCD) sebagaiman prosedur pengembangan kurikulum secara umum, yang meliputi empat dasar pengembangan kurikulum yaitu: a. Perumusan tujuan, b. Pemilihan isi, c. Pemilihan metode, d. Pemilihan prosedur evaluasi, disamping itu pada bagian ini dijabarkan pula berbagai pula model dalam menghubungkan komponen-komponen kurikulum dalam sebuah perencanaan dalam kurikulum.
Pengertian istilah model dalam konteks ini sama dengan pengertian model yang umum digunakan dalam pengembangan kurikulum, yakni untuk menjelaskan hubungan bagian-bagian pengembangan kurikulum, yaitu, tujuan, isi atau konten, metode, dan evaluasi.
1. Pemilihan model pengembangan kurikulum
a. Model obyektif
Pengembangan kurikulum mengacu pada suatu metode di mana pengembang kurikulumnya memulai dengan :
1) What educational purpose should the school seek to attain?
2) What educational experiences are likely to attain these objectives ?
3) How can these educational experiences be organized effectively?
4) How can we determine whethter these purpose are being attain?
Pertanyaan tersebut, maka langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:


Starting objective

Selecting learning experiences

Organising learning experiences

Evaluation


b. Model interaktif
Pengembangan kurikulum mengacu pada suatu metode di mana pengembangan kurikulumnya:
a). Mulai dari komponen kurikulum mana saja
b). Mengikuti tahapan apa saja dari komponen kurikulum tersebut
c). Menginterpretasi komponen kurikulum sebagai interaktif dan progress yang dapat dimodifikasi.
d). Dimungkinkan urutan perencanaan kurikulum berubah agar saling pas
e). Bereaksi terhadap situasi belajar untuk membatasi urutan yang berlu diikuti
Model objektif dan model interaksi mewakili dua pendekatan utama di dalam perencanaan kurikulum yang masi dapat dilengkapi lebih lanjut. tidak ada satupun model pengembangan kurikuluim yang menjadi satu-satunya model, tetapi perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari masing-masing sekolahnya.
Hal penting dari suatu model pengembangan kurikulum adalah seberapa tinggi tingkat efektifitas dan konsistensi dari setiap komponen kurikulum yang merupakan dasar pengembangan kurikulum yang kita lakukan tersebut.
E. Komponen-komponen pengembangan kurikulum
Komponen sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainya, yakni: tujuan, materi, metode, organisasi, dan evaluasi.
1. Tujuan kurikulum
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu kearah pencapaian tujuan pendidikan nasional , sebagaimana telah ditetapkan dalam undang-undang No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai target tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Tujuan-tujuan yang penting dianalisis dalam pengembangan kurikulum adalah goal (pernyataan tujuan kurikulum pendidikan yang masih bersifat luas, berupa harapan masyarakat pada lembaga pendidikan atau sekolah), aim (rumusan umu tujuan sistem, sekolah, tingkatan/kelas dalam suatu sekolah), dan objective(pernyataan atau rumusan lebih spesific hasil belajar yang diharapkan, atau yang diturunkan dari analisis tujuan), behavioural objectives: mendeskripsikan performa perilaku yang hendak dicapai, dan biasanya rumusan behavioral objectives dilengkapi dengan rumusan kondisi perilaku yang terjadi dan rumusan standar performa perilakunya.
Suatu objectives yang efektif seharusnya memenuhi kebutuhan antara lain dari:
a) Suitability: berhubungan dengan situasi kelas dan konteks sosial.
b) Feasibiliti: sesuai kemampuan siswa dan sumberdaya yang ada.
c) Interpretability: mudah dipahami oleh orang yang akan mengimplementasikan.
2. Materi/konten kurikulum
Materi kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum. Isi kurikulum adalah ata pelajaran.
Isi kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan prisip-prinsip sebagai berikut:
a) Materi kurikulum berupa bahan pembelajaran.
b) Materi kurikulum mengacu pada pencapaian tujuan masing-masing satuan pendidikan.
c) Materi kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Materi kurikulum mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan tujuan kurikulum, antara lain
a) Teori
b) Konsep, adalah definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
c) Generalisasi, adalah kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber pada analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
d) prosedur
e) fakta
f) istilah, adalah kata-kata yang baru yang khusus yang diperlukan dalam materi
g) contoh atau ilustrasi.
h) Definisi, adalah penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal.
Dua hal yang harus diperhatikan ketika membicarakan isi kurikulum, pertama, didefinisikan sebagai bahan atau materi dari belajar dan mengajar. Kedua, baha dalam proses belajar mengajar dua elemen daripada kurikulum, yakni isi dan metode adalah interaksi yang konstan. Isi hanya akan diperoleh signifikan sejauhmana hal itu ditransmisikan kepada anak-anak dalam bebrapa hal dalam beberapa hal, dan jalan itu adalah metode atau pengalaman belajar mengajar (PBM)
Beberapa kriteria seleksi materi antara lain:
a) Otentik (validity)
Menggunakan kriteria validity sebagai pertimbangan kriteria dalam penyeleksian isi adalah merupakan pertimbangan yang relevan untuk isi-isi apa yang tidak perlu dimasukan.
b) Penting (signifinance)
Kriteria dari signifikan menetapkan secara kebersamaan kedalam ide-ide utama, konsep-konsep dan prinsip-prinsip dari mata pelajaran.
c) Minat (interest)
Adalah suatu pertimbangan dalam penyeleksian isi, mungkin sejauh mana pengembangan kurikulum harus mengakomodasi kriteria ini masih merupakan dalam perdebatan. Menghindarin minat anak didik mungkin akan menjadikan isi pegajaran sangat membosankan bagi anak didik, dan hasil belajar kurang memuaskan.
d) Mudah dipelajari (learnabiliti)
Isi yang di pelajari harus dapat dipelajari oleh anak didik dan harus di adaptasikan untuk dicocokan dengan kemampuan anak didik.
e) Nilai manfaat bagi kehidupan
Isi yang diseleksi harus memberikan orientasi yang paling berguna bagi dunia disekeliling kita harus konsisten dengan realitas sosial
3. Metode-metode kurikulum
Metode adalah bagaimana seorang guru di dalam mengaktifkan isi dari kurikulum, karena isi kurikulum akan berarti bagi siswa apabila guru dapat mentransmisikannya dengan berbagai cara.
Beberapa kriteria di dalam memilih metode adalah prinsi-prinsip belajar, identifikasi kegiatan belajar yang dilakukan, metode harus cukup berfariasi, metode harus berhubungan dengan minat, kemampuan siswa, metode yang digunakan harus berhubungan dengan apa yang dibutuhkan setelah siswa tamat belajar.
Pada dasarnya tidak ada satupun suatu metode yang paling baik atau yang paling buruk jika dibandingkan dengan metode-metode lainya. Setiap metode memiliki kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan tersendiri. sama halnya bahwa semua komponen kurikulum pada dasarnya adalah sama pentingnya.
4. Organisasi kurikulum
Organisasi kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-masing memiliki ciri-cirinya sendiri.
a. Mata pelajaran terpisah-pisah (isolated subjects)
Kurikulum terdiri dari sejumlah mata ajaran yang terpisah-pisah, seperti sejarah, ilmu pasti, bahasa indonesia, dan sebagainya.
b. Mata ajaran mata ajaran berkorelasi (correlated)
Prosedur yang ditempuh ialah menyampaikan pokok-pokokyang saling berkorelasi guna memudahkan siswa memahami pelajaran tersebut.
c. Bidang studi (broadfield)
Beberapa mata ajaran yang sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama difungsikan dalam satu bidang pengajaran.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu komponen kurikulum, karena kurikulum adalah pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. Dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat tentang tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa.
Perlu diperhatikan bahwa penilaian harus bersifat objektif , dilakukan berdasarkan tanggung jawabkelompok guru, rencana yang rinci dan terkait dengan pelaksanaan kurikulum, sesuai dengan tujuan dan materi kurikulum, menggunakan alat ukur yang handal dan mudah dilaksanakan serta memberikan hasil yang akurat.
Komponen-komponen tersebut, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama menjadi dasar utama dalam mengembangkan sistem pembelajaran.
1. Model-model Evaluasi kurikulum
Pada bagian ini, akan dipaparkan beberapa model evaluasi kurikulum, namun penting bagi guru atau evaluator untuk mengenal terlebih dahulu rentang model evaluasi karena meskipun mungkin saja model tidak dipilih, tetapi pengetahuan atas terjadinya suatu model tersebut diketahui sehingga dimungkinkan kita mengembangkan modal khusus yang memang pas pada kondisi kita.
Model objectives tyler memandang evaluasi kurikulum sebagai pengukur performa siswa terhadap tujuan perilaku yang sudah dirumuskan, masih ada beberapa model lainnya yang mengacu pada evaluasi terhadap ketercapaian goal, yaitu:
a) Hammond, lebih mengkonsentrasikan pada pengaruh faktor intitusional dan intruksional didalam mencapai tujuan.
b) Provus, mengkonsentrasikan pada apakah terdapat perbedaan antara pengamatan kurikulum dan standar atau tujuan yang sudah disepakati.
Stake’s countenance model memandang evaluasi kurikulum sebagai keterlibatan paparan dan penilaian dalam bentuk kondisi yang ada sebelum pembelajran, proses pembelajaran dan outcomes. Memandang evaluasi kurikulum (a) sebagai suatu isu sebagai tujuan, (b) perpaduan perbedaan standar nilai yang dipegang oleh group yang berbeda, (c) ternasuk pengamatan partisipasi di dalam kurikulum, dan (d) melibatkan informasi-informasi dari pada audien.
Stake’s case study model memandang evaluasi kurikulum keterlibatan deskripsi berbagai variabel tanpa batas termasuk berasal dari pengamatan pribadi menggunakan generalisasi yang berdasarkan pengalaman evaluator penekanan pada pemahaman yang pentaing pada kasus itu sendiri dan pelaporan dalam bentuk informal.
Parlett dan hamilton’s illuminative model memandang evaluasi kurikulum sebagai iluminasi, yaitu penyediaan informasi secara komprehensif di dalam memahami realitas kurikulum yang komplek.
Kemmis’ surrogate-experience model memandang evaluasi kurikulum sebagai “pemberitahuan atas sesuatu yang seharusnya” atau pengembangan peran kurikulum di dalam menyediakan wakil pengalaman bagi audience.
Walberg’s model for research on intruction memandang evaluasi kurikulum sebagai penekanan lingkungan belajar dan bakat siswa sebaik intruksi itu sendiri.
Pengembanagn program
Pada bagian ini dijabarkan cara bagi guru untuk dapat mengenbangkan format pengembangan program dari dokumen kurikulum. Mencangkup penjabaran tentang prosedur di dalam batasan waktu yang tersedia bagi guru di dalam mengajar suatu topik, metode untuk mengembangkan dan mempresentasikannya, dan adaptasi setiap unit tersebut ke dalam format program. Pada dasarnya langkah di dalam pengembangan programaadalah sebagai berikut:
1. Batasan atas jumlah waktu yang tersedia untuk mengajar
2. Pembatasan atas alokasi waktu untuk setiap pelajaran atau sub pelajaran.
3. Pembatasan atas waktu yang diperlakukan untuk mencangkup suatu topik atau suatu tujuan.
4. Merinci setiap unitnya.
5. Penyesuaian data rentang waktu pengajaran mingguan atau pengajaran harian.
Sebuah unit adalah cetak biru bagi pengalaman belajar yang terdapat pada suatu topik, dan suatu program adalah adaptasi dari suatu unit dan pengorganisasiannya kedalam rentang waktu pengajran mingguan atau pengajaran harian, dan terdapat berbagai variasi di dalam mengembangkan unit. Suatu program mungkin saja terdapat bagian-bagian yang dapat ditambahkan sesuia kebutuhannya dalam rangka evaluasi dan monitoring pengembangan profesionalitas guru.
F. SBCD di Australia dan KTSP di Indonesia bagi Guru
SBCD atau pengembangan kuriulum berbasis sekolah ini muncul diawali dengan wacan yang berkembang di kalangan pelaksana pendidikan sekolah dalam hal ini guru-guru di Australia dan negara-negara lainnya ada awal 197-an. Wacana tersebut pada intinya adalah tuntutan lebih banyak kebebasan dalam menentukan kurikulum di sekolah oleh warga sekolah.
SBCD memiliki beberapa karakteristik yang secra umum mirip dengan pengembangan KTSP di Indonesia. Yaitu, adanya partisipasi guru; partisipasi keseluruhan atau sebagian staf sekolah; rentang aktivitasnya mencakup seleksi (pilihan dari sejumlah alternatif kurikulum), adaptasi (modifiasi kurikulum yang ada), dan kreasi (mendisain kurikulum baru); perpindahan tanggung jawab dari pemerintah pusat (bukan pemutusan tanggung jawab); proses berkelanjutan yang melibatkan masyarakat; dan ketersediaan struktur endukung (untuk membantu guru dan sekolah).
Faktor-faktor ini tampaknya perlu kita perhatikan berkenaan dengan pelaksanaan KTSP di negeri kita. Pertama, keberadaan struktur-struktur pendukung pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah. Kedua, struktur pengambilan keputusan yang mendukung pelaksanaan pengembangan kurikulum. Ketiga, perubahan dalam persepsi eran guru terhadap pengembangan kurikulum. Keempat, persoalan pengembangan kurikulum warga sekolah.
Dengan demikian dapat diidentifikasikan beberapa keuntungan pengembangan kurikulum berbasis sekolah:
1. Guru-guru lokal dapat menentukan penggunaan sumber-sumber daya sekolah dengan baik.
2. Mereka yang mengimplementasikan kurikulum adalah ereaka yang tealah mengeambangkan kurikulum tersebut.
3. Kebutuhan siswa terpenuhi, hal ini akan memiliki suatu pengaruh kuat pada siswa.
4. Akuntabilitas yang besar terhadap kurikulum dan penampilan guru terlihat.
5. Para orang tua dan masyarakat dapat secara mudah terlihat dalam perencanaan kurikulum yang bermakna.
Sedangkan keleamahan pengembangan kurikulum berbasis sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Kurangnya struktur-struktur pendukung untuk para administrator dan guru.
2. Sindrom konformitas para administrator dan guru mengurangi kreativitas.
3. Kurang nya waktu bagi guru untuk melaksanakan pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
4. Kurangnya guru yang berpengalaman atau terlatih dalam proses pengembangan kurikulum berbasis sekolah.
5. Pergerakan guru antar sekolah untuk promosi layanan negara dan semacamnya yang menghasilkan suatu basis guru yang tidak stabil.
6. Memerlukan perubahan-perubahan yang signifikan pada peran guru dan administrator, yang secara alamiah menentang.
7. Sekolah-sekoah satu sama lain dengan cepat menjadi berbeda/ tidak memilik langkah yang sama dan tumpang tindih bisa mncul diantara sekolah-sekolah tersebut.







BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “curriculae“, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa kearah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hinggamana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan yang dimaksud kesempatan belajar (learning opportunity) adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi.
Adapuh factor-faktor pengembangan kurikulum sebagai berikut:
1. Tujuan filsafat dan pendidikan Nasional yang dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan institusional yang pada gilirannya menjadi landasan dalam merumuskan tujuan kurikulum suatu satuan pendidikan
2. Social budaya dan agama yang berlaku dalam masyarakat kita
3. Perkembangan peserta didik, yang menunjuk pada klarakteristik perkembangswn peserta didik.
4. Keadaan lingkungan, yang dalam arti luas meliputi lingkungan manusiawi, kebudayaan termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi, lingkungan hidup, lingkungan alam.
5. Kebutuhan pembangunan, yang mencakup kebutuhan pembangunan di bidang ekonomi dan hukum dll.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan system nilai dan kemanusiawian serta budaya bangsa

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. management pengembangan kurikulum. Bandung: Remaja rosdakarya.

Iskandar wiryokusumo dan Usman mulyadi. 1998. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Junaid, Mahfud. 2007. kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jogjakarta: Pilar Media.

Rohmadi, Syamsyul Huda. 2011. Dinamika Model Pendidikan di era Global (Surakarta: Dekamedia.
S. Nasution. 1998. kurikulum dan pengajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Syaodih, Nana. 2004. pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

1 komentar: